Dalam Ilmu Biologi, khususnya yang membahas soal mikroorganisme, ada pembahasan soal archaebacteria. Pembahasan tentang archaebacteria juga tak lepas dari pembahasan eubacteria dan organisme eukariotik.
Jadi, sebenarnya apa itu archaebacteria? Bagaimana ciri-cirinya dan apa saja contohnya? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini!
PENGERTIAN ARCHAEBACTERIA
Archaea berasal dari Bahasa Yunani kuno yang berarti “hal kuno”. Organisme ini diberi nama demikian karena pada awal penemuan mereka, diasumsikan bahwa metabolisme mereka merefleksikan atmosfer pada awal-awal era bumi.
Archaebacteria memang merupakan bakteri tertua yang hidup di bumi. Archaebacteria adalah mikroorganisme bersel satu atau uniseluler, prokariota atau tidak memiliki membran inti sel. Bentuknya ada yang seperti bola, batang, spiral, piring, bahkan tidak beraturan.
Pada awalnya, mikroorganisme ini diklasifikasikan bersama dengan eubacteria alias bakteri. Baru pada 1977, ditemukan bukti bahwa archaebacteria punya banyak perbedaan dengan bakteri. Perbedaan eubacteria dan archaebacteria salah satunya ada pada komposisi RNA, selain itu eubacteria punya peptidoglikan pada dinding sel sedangkan archaebacteria tidak.
Artinya, organel yang hanya dimiliki oleh eubacteria adalah peptidoglikan, sedangkan archaebacteria tidak punya sehingga disebut pseudopeptidoglikan. mikroorganisme ini tinggal di tempat ekstrem, sedangkan eubacteria tinggal di semua tempat. Terakhir, hidrokarbon di lipid membran eubacteria bercabang, sedangkan archaebacteria tidak bercabang.
Eubacteria dan archaebacteria berevolusi masing-masing secara independen dari nenek moyang yang sama. Usai tak lagi diklasifikasikan bersama dengan bakteri, kini archaebacteria dikenal dengan nama archaea atau dalam Bahasa Indonesia, Arkea.
Dalam metabolisme sel, archaea membentuk gas metana dengan mereduksi karbon dioksida. Contoh archaebacteria yaitu Aspergillus niger, Bacillus coagulans, Streptococcus bovis, hingga Bacillus stearothermophilus.
Baca juga: Cyanobacteria: Arti, Ciri-Ciri, Klasifikasi, hingga Perannya
CIRI-CIRI ARCHAEBACTERIA
Berikut ini adalah ciri-cirinya:
- Ukurannya mikroskopis, berkisar 0,1 mikrometer sampai 15 mikrometer.
- Dinding sel tidak memiliki peptidoglikan, tetapi terdiri dari lipopolisakarida yang kuat.
- Lipopolisakarida ini yang membuat archaebacteria bisa tinggal di lingkungan ekstrem dan bersuhu tinggi.
- Bersel satu atau uniseluler.
- Prokariota atau tidak memiliki membran inti sel.
- Hidrokarbon di lipid membran tidak bercabang.
- Dalam metabolisme sel, archaea membentuk gas metana dengan mereduksi karbon dioksida.
- Membran sel tersusun dari lemak, berupa ikatan eter dan unit isoprene.
- Tidak memiliki RE (Retikulum Endoplasma), mitokondria, lisosom dan badan golgi.
- Mengandung beberapa jenis RNA polymerase di ribosomnya.
- Memiliki asam nukleat berupa RNA.
- Reproduksi dengan tiga cara: pembentukan tunas, pembelahan biner, dan fragmentasi.
- Sangat sensitif terhadap toksin difteri.
- Ada yang hidup secara koloni (berkelompok) dan soliter (sendiri).
- Ada spesies yang memiliki flagela untuk bergerak.
- Sebagian besar bersifat anaerob, tetapi ada juga beberapa spesies bersifat aerob, anaerob fakultatif dan anaerob obligat.
STRUKTUR TUBUH ARCHAEBACTERIA
Berikut ini adalah susunan struktur tubuh archaea:
- Flagela yang berfungsi untuk bergerak, disebut juga rambut getar.
- Kapsul, berfungsi untuk menempel ke permukaan dan sebagai alat perlindungan.
- Dinding sel, sebagai pemberi bentuk sel.
- Membran Plasma, untuk mengatur pertukaran zat antara sel dan lingkungan luar.
- Sitoplasma, sebagai tempat terjadinya metabolisme sel.
- Ribosom, untuk sintesis protein.
- Klorosom, mengandung klorofil untuk proses fotosintesis.
- Vakuola Gas, membuat organisme ini bisa mengapung di air.
- Plasmid, berisi materi genetik, terpisah dari kromosom, terletak di sitoplasma dan fungsinya untuk rekayasa genetika.
- Mesosom, sebagai pembangkit energi dan pusat pembentukan dinding sel baru serta pembelahan sel.
- Kromosom, berbentuk sirkuler, bertugas menyimpan materi genetik yaitu DNA.
SISTEM REPRODUKSI ARCHAEBACTERIA
Ada beberapa cara reproduksi yang dilakukan oleh arkea. Arkea bereproduksi secara aseksual. Mitosis dan meiosis tidak terjadi, sehingga jika organisme ini memiliki lebih dari satu bentuk, semuanya punya materi genetik yang sama. Yang pertama adalah pembelahan biner, dengan archaea langsung membelah diri, satu sel menjadi dua, menjadi empat, dan seterusnya.
Kedua, juga bisa dilakukan dengan formasi tunas. Dalam proses ini, arcaea membentuk tunas dalam bentuk ranting yang akhirnya akan mengendap dan membentuk organisme baru. Terakhir, ada cara fragmentasi, ini adalah pemutusan bagian tubuh yang kemudian bisa jadi individu baru.
KLASIFIKASI ARCHAEBACTERIA
Jika dilihat dari habitat dan metabolismenya, arkea bisa dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar: halofilik, termoasidofil, dan metanogen. Halofilik tinggal di lingkungan yang punya kadar garam tinggi, anaerob alias bisa hidup tanpa oksigen. Metabolisme dibantu bakteriorhodopsin, mirip klorofil namun berwarna ungu.
Sedangkan termoasidofilik dapat bertahan hidup di lingkungan yang panas dan berkadar asam tinggi, contohnya di kawah gunung, mata air, hingga lubang hidrotermal di laut. Menggunakan sulfur sebagai sumber energi.
Lalu, ada metanogen yang tinggal di laut dalam, rawa-rawa, pengolahan limbah, usus binatang, tanpa oksigen. Metabolisme dengan karbon dioksida dan hidrogen, menghasilkan gas metana. Klasifikasi archaea sulit dilakukan karena mayoritas belum bisa diisolasi di laboratorium dan hanya dideteksi urutan gennya dari sampel yang diambil dari lingkungan.
MANFAAT DAN DAMPAK NEGATIF
Ada beberapa manfaat dan dampak negatif archaebacteria untuk kehidupan manusia di bumi dengan arkea merupakan bagian dari mikrobiota bagi semua organisme. Belum ditemukan contoh arkea yang merupakan patogen maupun parasit, biasanya mereka bersifat simbiosis mutualisme ataupun komensal.
Sebagai mikrobiota untuk manusia, mereka berperan penting di usus besar, rongga mulut, dan kulit. Keragaman morfologis, metabolik, dan geografis juga memungkinkan arkea untuk punya peran ekologis yang luas, misalnya pada fiksasi karbon dalam siklus karbon, peran dalam siklus nitrogen, perputaran senyawa organik, dan memelihara komunitas simbiosis dan sintrofi mikrob.
Arkea penghasil metana bisa digunakan untuk penghasil biogas, sebagai bahan bakar alternatif.
Selain itu, ada beberapa spesies yang bisa digunakan untuk mengatasi pencemaran seperti saat terjadi tumpahan minyak. Ada pula spesies yang ditambahkan ke produk seperti deterjen dan sabun cuci, untuk meningkatkan kemampuan pada tingkat pH dan suhu tinggi.
Lalu, juga digunakan di industri makanan, mengubah pati jantung menjadi sejenis karbohidrat bernama dekstrin.
Sedangkan untuk dampak negatifnya, arkea bisa merusak makanan yang diawetkan dengan garam serta mempercepat pembusukan ikan laut. Beberapa spesies juga bisa menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan ternak.
Demikian penjelasan lengkap tentang pengertian, ciri-ciri, klasifikasi, hingga manfaat archaebacteria. Dalam mempelajari mengenai archaebacteria diperlukan belajar sambil praktik seperti yang diterapkan di Sampoerna Academy. Kegiatan belajar sambil praktik ini memotivasi eksplorasi, kolaborasi, kreativitas, serta penerapan pengetahuan dan keterampilan siswa.
Untuk informasi lebih lanjut seputar info akademik, kunjungan sekolah, pendaftaran, beasiswa atau pertanyaan lainnya silakan mengisi form dibawah ini dan team kami akan segera membantu. Terima kasih.
[formidable id=7]
Referensi
Wikipedia