Proses kondensasi yang dilakukan alam akan memunculkan suatu fenomena yang menarik untuk dilihat, khususnya saat di pagi hari. Munculnya embun pagi menjadi salah satu contoh akibat yang ditunjukkan proses ini, selain karena menjelma sebagai pemandangan yang menyenangkan untuk dilihat karena akan banyak sekali embun pagi yang menempel di dedaunan.
Pemahaman mengenai proses ini berawal dari awan yang merupakan kumpulan tetes air atau kristal es yang melayang di atmosfer. Lantas apa penyebab yang menjadikan tetes air ini bisa berada pada daun atau menggantung hingga kemudian berubah menjadi awan. Awan terbentuk dari proses kondensasi yang mana membuat uap gas menjadi titik air atau kristal es.
Namun, untuk lebih memahami seperti apa awan terbentuk siswa Sampoerna Academy Sentul Grade 8, Mohamed Husameldin, Mahgoub Mohamed dan Elhassan dengan eksperimen awan di dalam toples. Yuk simak seperti apa hasilnya di sini.
Pengertian Kondensasi
Apa itu kondensasi? kondensasi adalah istilah yang sebenarnya kurang populer di kalangan masyarakat umum, namun menjadi sesuatu yang menarik perhatian untuk diketahui artinya di kalangan pelajar. Peristiwa ini berhubungan dengan beberapa kejadian alam yang terjadi di sekitar lingkungan manusia, seperti adanya embuni ketika pagi hari.
Apakah yang dimaksud proses kondensasi? perubahan wujud dari gas ke cair yang terjadi di malam hari, kebalikan dari evaporasi karena dalam prosesnya evaporasi akan mewujudkan perubahan air menjadi gas. Bahasa mudahnya untuk kalangan masyarakat bisa disebut dengan pengembunan. Karena hasil akhirnya adalah berupa titik-titik air yang dinamakan dengan embun.
Penyebab Terjadinya Kondensasi
Uap Air Melewati Permukaan yang Lebih Dingin
Kondensasi terjadi karena uap air yang melewati permukaan lebih dingin dari titik embun, titik embun merupakan suhu di mana proses dari peristiwa kondensasi terjadi. Embun pagi merupakan salah satu contohnya, karena suhu di malam hari jauh lebih dingin ketimbang di siang hari. Sehingga uap yang terbentuk gas kemudian mendingin karena suhu di malam yang jauh lebih rendah dari siang.
Uap yang mendingin kemudian membentuk embun yang dilihat pada keesokan harinya, embun ini biasanya mudah ditemukan pada rerumputan atau dedaunan di sekitar rumah. Semakin dingin suhu di malam hari, akan ada banyak uap air yang mengalami proses kondensasi dan berubah menjadi embun, polimer yang dapat terbentuk dari polimerisasi kondensasi adalah selulosa.
Ketika Uap Air Mengalami Penekanan atau Kompresi
Kondensasi bisa terjadi ketika uap air mengalami penekanan atau kompresi, saat uap mengalami tekanan sehingga uap akan berubah kembali ke wujud cair. Seperti saat menuangkan air panas ke dalam gelas, lalu menutupnya dan akan muncul uap air yang keluar dari air panas akan tertekan dan tidak bisa lepas dari penutup gelas hingga menghasilkan tetes air yang menempel.
Baca juga: Pesawat Kertas, Sejarah, Penyebab, Gaya, dan Rekornya
Faktor-faktor yang Menyebabkan Kondensasi
Kelembaban Udara di Dalam Sebuah Ruangan
Kelembaban udara menjadi salah satu faktor utama terjadinya proses kondensasi, proses ini terjadi saat udara di dalam ruangan tidak sanggup dalam menahan tingkat kelembaban. Contohnya seperti saat memiliki rumah dengan lantai semen yang licin, jika dirasakan lebih maka akan terasa sedikit basah ketika di pagi hari.
Suhu Udara yang Rendah
Kelembaban udara di sebuah ruangan merupakan faktor lain yang menjadi pemicu terjadinya proses kondensasi. Kondensasi terjadi saat gas berbentuk uap air melewati permukaan dengan suhu yang rendah, dari hal ini dapat disimpulkan bahwa suhu udara memegang peranan penting dalam terjadinya proses kondensasi, semakin dingin ruangan maka semakin banyak keluar uap air.
Lubang Angin yang Kurang Bagus
Ventilasi sebagai lubang angin yang wajib ada di dalam sebuah bangunan, keberadaan ventilasi atau lubang angin ini juga berfungsi sebagai pintu masuk dan keluar udara. Adanya ventilasi membuat udara bisa keluar dan masuk dengan mudah dan tidak membuat ruangan terasa pengap, selain itu dibuat untuk mencegah terjadinya proses kondensasi di dalam ruangan.
Jenis-jenis Kondensasi
Kondensasi Eksterior
Jenis yang pertama adalah kondensasi eksterior adalah kondensasi yang terjadi di luar ruangan, kondensasi jenis ini biasanya terjadi saat suhu permukaan berada di bawah titik embun dan bahkan lebih ringan dari itu. Biasanya kondensasi ini terjadi saat gas atau uap menyentuh permukaan kaca, material seperti kaca, besi dan sejenisnya bisa menyerap panas dan dingin.
Ketika suhu turun maka permukaan kaca akan menjadi sangat dingin hingga membeku, sehingga saat uap menyentuh permukaan kaca membuat proses kondensasi eksterior akan terjadi setelahnya. Sama seperti kondensasi yang terjadi pada embun di dedaunan, kondensasi eksterior biasa terjadi saat suhu di siang hari yang sangat panas meskipun kemudian turun di malam hari.
Kondensasi Interior
Merupakan jenis kondensasi kebalikan dari kondensasi eksterior, yang membuat kaca berembun dari luar. Kondensasi interior muncul pada ruangan tertutup, bisa terjadi saat ventilasi dalam sebuah ruangan sangat buruk atau tidak memiliki lubang sama sekali. Semakin tertutup ruangan maka akan semakin banyak udara yang terperangkap dan tidak bisa keluar.
Kondisi ini diperparah dengan adanya suhu yang sangat dingin di luar, pengembunan yang terjadi semakin banyak bahkan tidak hanya akan membasahi kaca jendela. Tetapi juga lantai hingga beberapa ruangan lain, meskipun proses terjadinya juga paling sering terjadi di malam hari saat suhu sangat menurun.
Hasil dari Proses Kondensasi
Embun
Embun merupakan contoh dari proses kondensasi yang paling sederhana, saat adanya embun menempel di dedaunan dan rumput pada pagi hari. Embun merupakan hasil kondensasi yang terjadi di malam hari, muncul saat uap di lapisan atmosfer bumi mengembun di permukaan dingin. Lalu uap ini akan mengembun di daun, rumput hingga kaca di sebuah bangunan.
Kabut
Termasuk merupakan fenomena langka yang jarang dilihat, sebenarnya masuk akal mengingat banyak dari masyarakat tinggal di perkotaan. Di mana sarat polusi hingga minim pepohonan, kabut paling sering muncul saat pagi tiba dan setelah hujan turun. Kabut merupakan hasil dari proses kondensasi, setelah hujan turun dan malam berakhir.
Usai hujan turun atau setelah malam berakhir, uap air akan membentuk tetesan super kecil di udara dan tetesan ini kemudian dikenal dengan istilah kabut. Karena tetesan air ini berada dalam jumlah banyak, biasanya adanya kabut menghalangi jarak pandang ketika berada di jalan atau di tempat tertentu.
Embun Beku
Fenomena embun beku menjadi suatu kejadian yang lebih langka ketimbang kabut, khususnya untuk yang tinggal di negara dengan iklim tropis dan suhu yang hangat seperti di Indonesia. Embun beku adalah lapisan es tipis yang menempel di permukaan padat. Biasanya momen ini bisa ditemui di Dieng selama periode musim panas.
Embun beku tercipta dari proses kondensasi, terjadi karena titik embun lebih dingin dari titik beku, karena itu uap air yang seharusnya berubah bentuk menjadi embun biasa justru membeku hingga membentuk sebuah partikel es dengan ukuran super kecil.
Pengertian dan Proses Terbentuknya Awan
Kondensasi bisa muncul dengan tiga cara, berupa pemanasan intensif, penghalang fisik dan front. Pemanasan intensif adalah saat suhu di suatu tempat cenderung panas sehingga tekanan udara menjadi rendah. Air akan menguap dan kondensasi terjadi dengan cepat, penghalang fisik adalah saat udara bertemu benda fisik, seperti gunung sehingga uap udara naik dan membentuk awan.
Kemudian front, jika dua massa udara dengan berbeda sifat atau front alias panas dan dingin saling bertemu. Sehingga proses pembentukan awan disebut kondensasi ini akan terjadi di antara kedua massa udara yang berbeda tersebut.
Awal Mula Pengelompokkan Awan
Dari sekian bentuk awan, secara umum semuanya berasal dari tiga bentuk dasar yang pertama dinamai Cirrus yang berarti serat atau rambut, kemudian Cumulus yang berarti tumpukan dan Stratum yang artinya lembaran atau lapisan.
Bentuk-bentuk Awan
Stratus
Diambil dari Bahasa Yunani yang artinya lapisan, persebaran secara horizontal dan berlapis sehingga sulit untuk membedakan mana langit dan mana awan.
Cumulus
Sama seperti stratus, Cumulus diambil dari Bahasa Yunani yang artinya bertumpuk, bentuk awan ini berbentuk gumpalan kapas yang menumpuk dan pergerakan awan yang muncul akan terjadi secara vertikal.
Cirrus
Juga berasal dari bahasa Yunani yang artinya serat atau helaian rambut ikal, Cirrus ini terdiri dari kristal es yang tergores angin. Sehingga nantinya akan menyerupai goresan halus dan adanya serat layaknya rambut.
Klasifikasi Jenis Awan Berdasarkan Ketinggiannya
- Awan rendah, memiliki ketinggian kurang dari 2 km dari permukaan tanah dan terbagi dari stratus, nimbostratus dan stratokumulus.
- Awan tengah atau sedang, jenis awan ini memiliki ketinggian 2-6 km dari permukaan tanas dan jenis awan ini terbagi menjadi altostratus dan altokumulus.
- Awan tinggi, merupakan jenis awan yang memiliki ketinggian sekitar 6-12 km dari permukaan tanah dan dibagi menjadi cirrus, cirrocumulus dan cirrostratus.
- Awan vertikal, merupakan jenis awan yang bisa naik dan bentuknya terus berkembang dan awan vertikal bisa berada di ketinggian rendah, sedang dan tinggi. Terbagi menjadi cumulus dan cumulonimbus.
Hasil Project Students SA – G8 MOHAMED HUSAMELDIN, MAHGOUB MOHAMED & ELHASSAN – A CLOUD IN JAR
Proyek siswa Sampoerna Academy Sentul Grade 8, Mohamed Husameldin, Mahgoub Mohamed dan Elhassan dengan eksperimen awan di dalam toples. Berangkat dari proses terbentuknya awan ketika udara panas bercampur dengan udara dingin dan menghasilkan kondensasi. Untuk mewujudkan hal ini bisa dilakukan dengan cara dan bahan yang sederhana.
Langkah yang harus dilakukan cukup mudah, dimulai dari menuangkan air panas mendidih ke dalam cangkir toples. Setelah itu tutup dengan penutup kaca yang di atasnya sudah diberikan es batu sebanyak 3-5 buah. Perhatikan bagian atas cangkir, akan terlihat awan yang mulai terbentuk setelah itu buka tutup kaca dan perhatikan awan akan keluar dari toples dan amati hasilnya.
Proyek awan dalam toples ini merupakan bentuk penerapan Project Based Learning (PBL) di Sampoerna Academy yang dilakukan para siswanya, dalam hal ini Mohamed Husameldin, Mahgoub Mohamed dan Elhassan. PBL termasuk dalam sistem pembelajaran STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts and Math) yang dikembangkan Sampoerna Academy.
Dengan sistem pembelajaran tersebut, Sampoerna Academy mengajarkan para siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah dan proses analisis dengan memakai perangkat teknologi. Serta strategi pembelajaran yang kolaboratif di seluruh kurikulum, pendekatan instruksional konstruktivis yang membuat para siswa menyelesaikan masalah pada bidang yang digemari atau diminati.
Tujuan keahlian STEAM adalah menciptakan alumni yang siap bersaing di masa depan dengan keterampilan yang tinggi. Segera bergabung dengan Sampoerna Academy, informasi lebih lanjut mengenai program akademik dan cara pendaftaran bisa diakses lewat tautan yang tersedia di akhir artikel berikut ini.
Untuk informasi lebih lanjut terkait pendaftaran, kurikulum, kunjungan, dan informasi seputar Sampoerna Academy silakan mengisi data di bawah ini.
[formidable id=7]
Referensi